BIMBINGAN MANASIK
A. Dasar Hukum & Keutamaan Umroh
Dalam setiap langkah perjalanan umat Islam, terdapat keindahan spiritual yang tak terlukiskan dan keberkahan yang melimpah. Salah satu perjalanan suci yang telah diatur secara agung adalah umroh. Namun, sebelum memasuki gerbang keberkahan ini, penting bagi kita untuk memahami dasar hukum dan keutamaan yang menjadi pijakan spiritual kita.
Ayat Al-Quran Tentang Umroh
Umrah, sebuah kewajiban bagi mereka yang mampu. Ini bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan sebuah ekspresi dari kesungguhan spiritual yang mengalir dalam hati seorang Muslim. Adapula beberapa ayat Al-Quran yang mengatur tentang umroh maupun haji, antara lain sebagai berikut.
1. Surat Al-Baqarah Ayat 158
إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ ۖ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَّوَّفَ بِهِمَا ۚ وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ
Innaṣ-ṣafā wal-marwata min sya’ā`irillāh, fa man ḥajjal-baita awi’tamara fa lā junāḥa ‘alaihi ay yaṭṭawwafa bihimā, wa man taṭawwa’a khairan fa innallāha syākirun ‘alīm
Artinya: “Sesungguhnya Shafa dan Marwa adalah sebagian dari syi’ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau berumroh, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.”
Dalam ayat ini, Allah SWT menegaskan bahwa dua tempat suci tersebut adalah sebagian dari tanda-tanda-Nya. Bagi mereka yang menunaikan ibadah haji ke Baitullah atau berumrah, mereka diberikan kemudahan untuk melakukan sa’i (berlari-larian) antara kedua bukit tersebut.
2. Surat Al Baqarah Ayat 189
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَهِلَّةِ ۖ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ ۗ وَلَيْسَ الْبِرُّ بِأَنْ تَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ ظُهُورِهَا وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقَىٰ ۗ وَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَابِهَا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Yas`alụnaka ‘anil-ahillah, qul hiya mawāqītu lin-nāsi wal-ḥajj, wa laisal-birru bi`an ta`tul-buyụta min ẓuhụrihā wa lākinnal-birra manittaqā, wa`tul-buyụta min abwābihā wattaqullāha la’allakum tufliḥụn.
Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadaH) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.”
Allah SWT menegaskan bahwa bulan sabit bukan hanya sebagai indikator waktu, tetapi juga sebagai penanda bagi umat manusia dan ibadah haji. Hal ini mengingatkan kita akan pentingnya mematuhi ketentuan waktu dalam melaksanakan ibadah, serta pentingnya mengikuti tata cara yang telah ditetapkan.
3. Ali Imron Ayat 96
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ
Inna awwala baitiw wuḍi’a lin-nāsi lallażī bibakkata mubārakaw wa hudal lil-‘ālamīn
Artinya: “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia”.
Ayat ini menggambarkan Baitullah Al Haram di Mekkah sebagai rumah pertama yang dibangun di muka bumi sebagai tempat ibadah kepada Allah. Rumah tersebut kemudian menjadi rumah berkah, menjadi patokan arah kiblat, dan dikunjungi oleh umat Islam dari seluruh dunia untuk menunaikan ibadah haji dan umroh.
4. Ali Imron Ayat 97
فِيهِ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَقَامُ إِبْرَاهِيمَ ۖ وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا ۗ وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
Fīhi āyātum bayyinātum maqāmu ibrāhīm, wa man dakhalahụ kāna āminā, wa lillāhi ‘alan-nāsi ḥijjul-baiti manistaṭā’a ilaihi sabīlā, wa mang kafara fa innallāha ganiyyun ‘anil-‘ālamīn
Artinya: “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”
Ayat 97 dari Surat Ali Imran menggambarkan keagungan dan keutamaan dari ibadah haji. Dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan bahwa Baitullah, Ka'bah, adalah tempat yang penuh dengan tanda-tanda yang nyata, termasuk Maqam Ibrahim. Siapa pun yang memasuki Baitullah akan merasa aman dan terlindungi.
Hadist tentanng Umroh
Dalam hadis-hadis ini, Nabi memberikan panduan tentang tata cara, keutamaan, dan pentingnya melaksanakan Umrah sebagai salah satu bentuk ibadah yang dianjurkan dalam agama Islam. Adapula beberapa ayat Al-Quran yang mengatur tentang umroh maupun haji, antara lain sebagai berikut.
1. HR. Bukhari
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَاتٌ لِمَا بَيْنَهُمَا، وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ
Artinya: "Dari sahabat Abu Hurairah ra, dari Nabi Muhammad saw, ia bersabda, ‘Umrah ke umrah merupakan kafarah [dosa] di antara keduanya. Sedangkan haji mabrur tiada balasan baginya kecuali surga,’” (HR. Malik, Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah, Al-Asbihani).
2.HR. Al-Bazzar
عن جابر رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ الْحُجَّاجُ وَالْعُمَّارُ وَفْدُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، دَعَاهُمْ فَأَجَابُوْهُ وَسَأَلُوْهُ فَأَعْطَاهُمْ
Artinya: “Dari sahabat Jabir ra, Nabi Muhammad saw bersabda, ‘Jamaah haji dan umrah adalah tamu Allah. Allah memanggil mereka, lalu mereka memenuhi panggilan-Nya dan mereka meminta kepada-Nya, lalu Allah memberikan permintaan mereka,’” (HR. Al-Bazzar).
3.HR. Ibnu Majah dan Ibnu Hibban
عَن أَبِي هُرَيْرَةَ عَن رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ الْحُجَّاجُ وَالْعُمَّارُ وَفْدُ اللَّهِ إِنْ دَعَوْهُ أَجَابَهُمْ وَإِنْ اسْتَغْفَرُوهُ غَفَرَ لَهُمْ
Artinya: “Dari sahabat Abu Hurairah ra, Nabi Muhammad saw bersabda, ‘Jamaah haji dan umrah adalah tamu Allah. Jika mereka berdoa, Allah memenuhi permintaan mereka dan jika mereka meminta ampun kepada-Nya, niscaya Allah mengampuni mereka,’” (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).
4.HR. At-Thabrani
عن جابر أَنَّ النَبِيَّ صلى الله عليه وسلم قال إِنَّ هَذَا البَيْتَ دِعَامَةٌ مِنْ دَعَائِمِ الإِسْلَامِ فَمَنْ حَجَّ البَيْتَ أَوْ اعْتَمَرَ فَهُوَ ضَامِنٌ عَلَى اللهِ فَإِنْ مَاتَ أَدْخَلَهُ الجَنَّةَ وَإِنْ رَدَّهُ إِلَى أَهْلِهِ رَدَّهُ بِأَجْرٍ وَغَنِيْمَةٍ
Artinya: “Nabi Muhammad saw bersabda, ‘Sungguh Ka’bah ini merupakan salah satu tiang Islam. Siapa saja yang berhaji mengunjungi Ka‘bah atau berumrah, maka ia menjadi tanggungan Allah. Jika ia meninggal, maka Allah memasukkannya ke surga. Jika Allah mengembalikannya kepada keluarganya, niscaya Allah memulangkannya dengan pahala dan ghanimah,’” (HR. At-Thabrani).
Ibadah Umrah tidak hanya sekadar perjalanan fisik, tetapi juga sebuah perjalanan spiritual yang membawa transformasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengikuti langkah-langkah yang telah ditetapkan dan disarankan oleh Nabi, kita dapat merasakan kehadiran-Nya yang mendalam. Dalam panduan ini, kita akan menjelajahi setiap tahapan ibadah Umrah, mulai dari ihram hingga sa'i antara bukit Shafa dan Marwa. Kami akan membimbing Anda melalui setiap langkah dengan penuh pengertian dan rasa hormat terhadap tradisi dan nilai-nilai Islam.
1.Persiapan Umroh
Sebelum memulai perjalanan Umroh, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mempersiapkan diri secara spiritual dan fisik. Ini termasuk tata cara bersuci dan membersihkan diri dari segala kotoran dan najis. Proses persiapan ini mencakup beberapa langkah penting:
Mandi junub untuk membersihkan diri secara menyeluruh.
Menggunakan wewangian yang terbaik untuk menambah kesegaran dan keharuman.
Memotong kuku dan menipiskan kumis sebagai bagian dari tata kewajiban personal.
Mencukur bulu ketiak dan kemaluan untuk menjaga kebersihan dan kesucian tubuh.
Mengenakan pakaian ihram yang merupakan busana khusus untuk umroh. Bagi laki-laki, pakaian ihram terdiri dari dua lembar kain lebar yang digunakan untuk menutupi pundak dan bagian bawah panggul, mirip dengan sarung. Laki-laki juga dilarang mengenakan pakaian yang menonjolkan bentuk tubuh, termasuk pakaian dalam.
Bagi perempuan, pakaian untuk Umroh harus menutupi seluruh tubuh sesuai dengan syariat Islam. Namun, perempuan dilarang memakai cadar atau sarung tangan. A’isyah, istri Nabi Muhammad SAW, contohnya, tidak menggunakan cadar, meskipun kadang-kadang menutupi seluruh kepalanya jika diperhatikan oleh lelaki.
Dengan melakukan persiapan ini dengan seksama, jemaah Umroh dapat memulai perjalanan mereka dengan kesucian dan kesadaran spiritual yang tinggi, siap untuk menunaikan ibadah dengan penuh khusyuk dan rasa hormat kepada Allah SWT.
2. Berniat Ihrom dari Miqot
Langkah kedua dalam tata cara Umroh adalah Miqat, yaitu tempat yang ditentukan oleh Rasulullah SAW di mana jamaah Umroh harus berihram. Miqat merupakan titik awal yang ditentukan bagi mereka yang memiliki niatan untuk melaksanakan ibadah haji atau Umroh.
Namun, Miqat tidak hanya satu, tetapi berbeda-beda tergantung dari arah kedatangan jamaah. Berikut adalah Miqat yang ditetapkan Rasulullah SAW:
1. Bagi jamaah yang datang dari arah Madinah, Miqat-nya berada di Dzulhulaifah atau yang dikenal dengan Bir ‘Ali.
2. Bagi jamaah yang datang dari Syam, seperti Palestina, Lebanon, Yordania, dan sekitarnya, Miqat-nya di Al Juhfah.
3. Bagi jamaah yang datang dari arah Riyadh dan sekitarnya, Miqat-nya di Qornul Manazil (As Sailul Kabiir).
4. Bagi yang datang dari selatan, atau dari arah Yaman, Miqat-nya di Yalamlam (As Sa’diyah).
5. Bagi jamaah yang datang dari Irak, Miqat-nya di Dzatu ‘Irq (Adh Dhoribah).
Jika seseorang melewati Miqat tanpa berihram dengan sengaja, maka wajib baginya untuk kembali dan berihram dari tempat tersebut. Jika tidak, maka harus membayar damm (denda) dengan menyembelih satu ekor kambing dan membagikannya kepada orang-orang miskin di Mekkah.
Lafadz niat ihram yang digunakan adalah "labbaik ‘umroh", yang berarti aku menjawab panggilan-Mu untuk menunaikan ibadah Umroh.
3.Menuju ke Mekaah
Setelah mengucapkan talbiah Umroh di Miqat, langkah selanjutnya adalah membaca dan memperbanyak talbiah berikut ini selama perjalanan menuju Mekkah:
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ ، لَبَّيْكَ لَا شَرِيكَ لَك لَبَّيْكَ ، إنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَك وَالْمُلْكَ لَا شَرِيكَ لَك
"Aku menjawab panggilan-Mu ya Allah, aku menjawab panggilan-Mu, aku menjawab panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku menjawab panggilan-Mu. Sesungguhnya segala pujian, kenikmatan, dan kekuasaan hanya milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu."
Dalam talbiah ini, umat Muslim mengakui panggilan Allah SWT untuk menjalankan ibadah Umroh dengan penuh kekhusyukan dan pengabdian. Dengan memperbanyak bacaan talbiah ini, jemaah Umroh menguatkan komitmen mereka dalam melaksanakan ibadah yang suci dan mulia ini.
4.Mulai aktifitas di MAsjidil Haram ( Tawaf )
Ketika tiba di Masjidil Haram di Makkah, jamaah Umroh dapat melakukan beberapa aktivitas penting beserta doanya, antara lain:
1. Mengunjungi Hajar Aswad: Setelah memasuki Masjidil Haram, jamaah dapat menuju ke Hajar Aswad. Sambil menghadap ke arah Hajar Aswad, membaca "Allahu akbar" atau "Bismillah Allahu akbar", kemudian mengusapnya dengan tangan kanan dan menciumnya. Jika tidak memungkinkan untuk menciumnya, cukup dengan mengusapnya lalu mencium tangan yang mengusap Hajar Aswad, atau memberikan isyarat dengan tangan dari jauh, tanpa menciumnya.
2. Thawaf: Thawaf umroh dilakukan dengan mengelilingi Ka'bah sebanyak 7 putaran, dimulai dari Hajar Aswad dan berakhir di Hajar Aswad pula. Selama thawaf, disunnahkan untuk berlari-lari kecil pada 3 putaran pertama dan berjalan biasa pada 4 putaran terakhir.
3. Mengunjungi Rukun Yamani: Disunnahkan untuk mengusap Rukun Yamani pada setiap putaran thawaf. Namun, tidak dianjurkan untuk mencium Rukun Yamani. Jika tidak memungkinkan untuk mengusapnya, maka tidak perlu memberi isyarat dengan tangan.
4. Doa antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad: Ketika berada di antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad, disunnahkan untuk membaca doa:
رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
"Ya Rabb kami, karuniakanlah pada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta selamatkanlah kami dari siksa neraka." (QS. Al-Baqarah: 201)
Dengan melakukan rangkaian aktivitas ini dan membaca doa dengan penuh khusyuk, jamaah Umroh memperkuat ikatan spiritual mereka dengan Allah SWT dan mengharapkan berkah serta ampunan-Nya dalam perjalanan ibadah mereka.
5.Menuju Maqom Ibrahaim
Setelah menyelesaikan thawaf, jamaah Umroh dapat melanjutkan perjalanan menuju Maqam Ibrahim. Setelah thawaf, jamaah diperintahkan untuk menutup kedua pundaknya dengan kain ihram dan menuju ke Maqam Ibrahim. Maqam Ibrahim bukanlah tempat pemakaman, melainkan merupakan tempat di mana Nabi Ibrahim AS berdiri ketika membangun Ka'bah.
Selama perjalanan menuju Maqam Ibrahim, disunnahkan bagi jamaah untuk membaca ayat:
وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى
"Dan jadikanlah sebahagian Maqam Ibrahim tempat shalat." (QS. Al-Baqarah: 125)
Sesampainya di Maqam Ibrahim, jamaah diperintahkan untuk melaksanakan shalat sunnah thawaf 2 raka'at di belakang Maqam Ibrahim. Dalam shalat tersebut, pada raka'at pertama, setelah membaca Surat Al-Fatihah, membaca Surat Al-Kafirun, dan pada raka'at kedua, setelah membaca Al-Fatihah, membaca Surat Al-Ikhlas.
Nabi Muhammad SAW menjelaskan tuntunan membaca surat ini dalam hadis sahih, dari shalat yang dilakukan oleh Jabir bin 'Abdillah RA, di mana Nabi SAW menjadikan Maqam Ibrahim sebagai tempat di antara dirinya dan Ka'bah untuk melaksanakan shalat dua raka'at, dengan membaca Surat Al-Ikhlas dan Surat Al-Kafirun.
Setelah menyelesaikan shalat, disunnahkan bagi jamaah untuk minum air zam-zam yang disediakan di sana, kemudian kembali ke Hajar Aswad dengan bertakbir, mengusapnya, dan menciumnya kembali.
Dengan mengikuti tuntunan ini dengan penuh kekhusyukan, jamaah Umroh memperkuat ikatan spiritual mereka dengan Allah SWT dan memperoleh berkah dari ibadah yang dilakukan.
6.Sa'i Umroh
Setelah menyelesaikan thawaf, langkah selanjutnya adalah melakukan Sa'i antara Bukit Shafa dan Marwa. Sa'i adalah aktifitas berlari-lari kecil antara dua bukit tersebut. Saat berada di Bukit Shafa, jamaah diperintahkan untuk naik ke puncak bukit dan menghadap Ka'bah dari atas.
Saat melihat Ka'bah, Rasulullah SAW mencontohkan membaca:
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ , اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ , اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
"Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, Allah Mahabesar. (3x). Tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali hanya Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya lah segala kerajaan dan segala pujian untuk-Nya. Dia yang menghidupkan dan yang mematikan. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali hanya Allah semata. Dialah yang telah melaksanakan janji-Nya, menolong hamba-Nya, dan mengalahkan tentara sekutu dengan sendirian."
Aktivitas yang dilakukan di Bukit Shafa juga disunnahkan untuk dilakukan di Bukit Marwa, setelah jamaah berlari kecil antara dua bukit tersebut.
Dengan mengikuti tuntunan ini, jamaah Umroh dapat melaksanakan Sa'i dengan penuh khidmat dan kesungguhan, menguatkan ikatan spiritual mereka dengan Allah SWT dalam perjalanan ibadah mereka.
7.Tahalul
Setelah menyelesaikan Sa'i, langkah berikutnya dalam tata cara Umroh adalah tahalul. Tahalul adalah proses memendekkan seluruh rambut kepala atau mencukur gundul, dengan mencukur gundul diutamakan. Bagi wanita, cukup dengan memotong rambutnya sepanjang satu ruas jari.
Tahalul menjadi langkah penutup dalam ibadah Umroh. Setelah tahalul, jamaah diperbolehkan untuk kembali melakukan hal-hal yang sebelumnya dilarang selama dalam keadaan ihram.
Inilah rangkuman panduan Umroh . Semoga panduan ini dapat membantu Anda dalam menjalankan tata cara Umroh sesuai dengan sunnah.